Selasa, 03 Desember 2019

HIV/AIDS, Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya


Setiap tahun terjadi kenaikan jumlah kasus HIV yang dilaporkan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2019. Ada lima provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi yang menempati peringkat satu sampai lima adalah: DKI Jakarta (62.108), Jawa Timur (51.990), Jawa Barat (36.853), Papua (34.473), dan Jawa Tengah (30.257). Sedangkan lima provinsi pada peringkat enam sampai sepuluh yaitu Bali (20.356), Sumatera Utara (17.957), Sulawesi Selatan (9.442), Kepulauan Riau (9.386), dan Banten (8.967).

Sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2019 relatif stabil setiap tahun. Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Juni 2019 sebanyak 117.064. Data yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa HIV/AIDS telah menjadi momok bagi bangsa. Masyarakat harus tahu dan harus mencegah terjadinya penularan penyakit HIV/AIDS. Bagaimana mau mencegah, kalau tidak tahu? Di sini akan dikupas tuntas tentang HIV/AIDS.

Pengetahuan tentang AIDS adalah langkah pertama untuk pencegahan penyebaran AIDS lebih meluas. Hal ini karena sampai sekarang belum ditemukan obat yang dapat melawan HIV/AIDS, obat-obat yang ada hanya menolong penderita AIDS mengurangi kesakitannya tetapi tidak dapat menyembuhkan, semua orang bisa terkena AIDS, belum ada vaksin pencegahannya, belum ada obatnya, penyebarannya sangat cepat. Oleh karena itu digalakkan program sosialisasi tentang HIV AIDS dengan nama ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) kepada siswa-siswa SMP/SMA yang memasuki masa remaja.

AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Acquired dalam bahasa Inggris berarti ‘diperoleh’. AIDS bukanlah penyakit yang diwariskan, tetapi diperoleh karena tertular/terinfeksi. Immuno  berarti sistem kekebalan tubuh manusia, termasuk semua organ dan sel yang bekerja melawan infeksi dan penyakit. Deficiency berarti kurang, seorang pengidap HIV/AIDS sistem kekebalan tubuhnya berkurang. Syndrome adalah kumpulan gejala dari sebuah penyakit. Sehingga dapat disimpulkan AIDS yaitu Kumpulan gejala yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh.

Sedangkan HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Human berarti manusia, virus ini hanya menyebar dan bekerja pada tubuh manusia. Immunodeficiency berarti immune, sistem kekebalan tubuh manusia, deficiency = kekurangan/penurunan. Virus diartikan bereproduksi dengan cara mengambil alih sel tubuh yang telah diinfeksi. Sehingga dapat disimpulkan HIV adalah virus yang masuk ke dalam tubuh dan melemahkan sistem kekebalan tubuh yang jika terus memburuk akan membawa pengidap HIV pada kondisi AIDS yakni kondisi hilangnya sistem pertahanan tubuh sehingga semua jenis infeksi dapat masuk dan akhirnya mengakibatkan kematian.

Pada pengidap HIV/AIDS sering ditemukan infeksi. Infeksi yang sering ditemukan yaitu : Tuberculosis (TB), Salmonellosis (penyebab diare yg parah, rasa sakit yang sangat di bagian perut, sering muntah-muntah), Cypto megallovirus (CMV), sejenis virus herpes yg merusak mata, saluran pencernaan, paru-paru dan organ lain, Candidiasis (mengakibatkan bercak pd kulit), Crytococcal meningitis (rasa terbakar pd selaput dan cairan di sekelilig otak), Toxoplasmosis (parasit yg mematikan, ditularkan melalui kotoran kucing), Cryptosporidiosis (tumbuh pd usus penderita AIDS mengakibatkan diare parah dan kronis), Lymphomas (kanker sel darah putih).

HIV dapat menular melalui darah dan cairan kelamin. Sedangkan kegiatan yang dapat menularkan HIV dari penderita ke orang sehat yaitu melalui hubungan seksual, transfusi darah, mengunakan jarum suntik, tindik, tatto bersama-sama, dan dari Ibu hamil kepada anak yang di kandungnya.

HIV/AIDS tidak menular lewat bersentuhan, senggolan, salaman, berpelukan, berciuman dengan penderita AIDS, mengunakan peralatan makan bersama-sama dengan penderita AIDS, gigitan nyamuk, terkena keringat, air mata, ludah penderita AIDS dan berenang bersama-sama dengan penderita AIDS.

Di seluruh dunia termasuk Indonesia, cairan kelamin adalah media penyebab penyebaran HIV terbesar akibat perilaku seks bebas, dan darah merupakan media kedua terbesar penyebaran HIV di antara pengguna narkoba. Untuk mengurangi risiko penularan, disarankan bagi yang belum aktif melakukan kegiatan seksual supaya tidak melakukan hubungan seks sama sekali, bagi yang sudah aktif melakukan kegiatan seksual supaya melakukan seks mitra tunggal, mengurangi mitra seks, segera mengobati IMS kalau ada, hanya melakukan transfusi darah yang bebas HIV, mensterilkan alat-alat yang dapat menularkan: jarum suntik, tindik, tatto dll, ibu yang terinfeksi HIV perlu mempertimbangkan lagi untuk hamil.

Demikianlah ulasan mengenai HIV/AIDS, yang harus dijauhi adalah faktor-faktor risiko dari penyakit HID/AIDS bukan orangnya. Orang dengan HIV/AIDS harus kita rangkul agar dapat tetap produktif di sisa usianya.

Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang

Selasa, 12 November 2019

Generasi Sehat, Indonesia Unggul


Hari Kesehatan Nasional (HKN)  diperingati pada tanggal 12 November setiap tahunnya. Peringatan HKN tahun 2019 merupakan peringatan HKN yang ke-55 dengan tema “Generasi Sehat, Indonesia Unggul”. Sebuah usia yang cukup mapan untuk kembali merivew perjalanan pembangunan kesehatan Indonesia selama lebih dari setengah abad. Momentum ini sebagai pengingat publik bahwa kesehatan harus bergerak dari wilayah kuratif ke arah Promotif Preventif. Dan hal ini merupakan tanggung jawab semua komponen bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang sehat lahir bathin.

Hari Kesehatan Nasional sendiri bertujuan untuk mengajak masyarakat agar memiliki budaya hidup sehat dan meninggalkan kebiasaan atau perilaku yang kurang sehat. Peringatan HKN biasanya disambut dengan beragam rangkaian kegiatan kesehatan baik di pusat maupun daerah. Logo HKN tahun 2019 mempunyai maksud memvisualisasikan manusia sedang mengangkat kedua tangan yang menggambarkan gotong royong, bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan, dan garis tengah yang memiliki makna perjalanan dari bawah menuju ke atas. Yang bercerita mengenai alur menuju kesempurnaan (lingkaran), yang mengartikan perjalanan menuju keberhasilan untuk mencapai kualitas sumber daya manusia indonesia yang lebih sehat, produktif, mandiri, dan unggul.
Lingkaran mempunyai makna kesempurnaan, tidak terputus, tidak memiliki awal atau akhir, memilki kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna, serta kehidupan.

Tema HKN tahun 2019 merupakan salah satu bentuk pengaplikasian dari amanat yang diberikan oleh presiden tentang memprioritaskan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Dilansir dari sambutan Menteri Kesehatan, ada dua isu kesehatan yang harus diselesaikan terkait membangun SDM itu, yaitu stunting dan jaminan kesehatan nasional. Meskipun dalam 5 tahun terakhir angka stunting telah berhasil diturunkan hingga 10 persen, tetapi stunting masih menjadi permasalahan serius yang dihadapi masyarakat.

Stunting adalah kondisi tubuh seseorang yang mengalami tubuh lebih pendek dibanding dengan orang seusianya. Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sejak bayi. "Begitu juga dengan jaminan kesehatan yang masih banyak menuai permasalahan. Jaminan Kesehatan seperti BPJS misalnya masih belum sempurna. Tapi kita akan terus memperbaikinya dengan menghadirkan inovasi-inovasi kesehatan yang lebih baik," jelas Terawan Agus Putranto, Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam sambutannya.

Selain dua isu itu, yang juga akan menjadi fokus Kemenkes dalam 5 tahun mendatang adalah tingginya harga obat dan alat kesehatan, serta masih rendahnya penggunaan alat kesehatan buatan dalam negeri. Dilansir Kemenkes.go : momentum HKN ke-55 ini merupakan pengingat publik, kesehatan masyarakat akan meningkat jika ada kerja sama dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri. HKN ini mengingatkan masyarakat untuk memprioritaskan upaya promotif-preventif dan semakin menggalakkan serta melembagakan Germas. Masyarakat semakin mengerti arti penting perilaku dan lingkungan sehat, serta melakukan gerakan hidup sehat, baik di keluarga, tempat kerja, tempat-tempat umum dan fasilitas lainnya.

Di beberapa daerah HKN dirayakan dengan melakukan berbagai kegiatan seperti Kelas Ibu Hamil,Senam Massal, Pameran Kesehatan, Deteksi Dini Penyakit Tidak menular (PTM), Sunatan Massal dan lain sebagainya.
Pada akhirnya pemerintah berharap generasi sehat yang diperjuangkan bersama dapat menjadi SDM Unggul yang akan mengisi 100 tahun Indonesia merdeka pada tahun 2045, yang bertepatan juga dengan bonus demografi akan mengantarkan Indonesia menjadi negara yang maju, makmur dan sejahtera.



Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang

Kamis, 10 Oktober 2019

Kesehatan Jiwa Tanggung Jawab Bersama


Pada tahun 2019 Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental (WFMH) telah menetapkan “pencegahan bunuh diri” sebagai tema utama Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati pada tanggal 10 Oktober 2019.
Presiden WFMH (World Federation for Mental Health) Alberto Trimboli PhD mengingatkan, tindakan bunuh diri (suicidal behaviour) telah ada sepanjang sejarah manusia. Yang perlu menjadi perhatian adalah, tindakan atau perilaku bunuh diri terjadi disebabkan karena beberapa faktor yang rumit (kompleks). Menjadi keprihatinan bersama, bahwa perilaku bunuh diri secara faktual meningkat pada semua negara di dunia, dan dalam beberapa dekade terakhir telah mencapai tingkat statistik yang mengkhawatirkan.

WHO (World Health Organization) telah menjadikan bunuh diri sebagai masalah prioritas pada beberapa tahun terakhir. Ini menjadi tanda dan peringatan penting bagi setiap negara, agar memberikan perhatian lebih perihal bunuh diri dan upaya penanggulangannya. Tindakan bunuh diri sesungguhnya telah menarik perhatian sebagian besar bidang studi selama berabad-abad. Tindakan  bunuh diri telah dieksplorasi oleh filsafat, agama, kedokteran, sosiologi, bioetika, hukum, dan psikologi, dan bidang-bidang lainnya dalam rangka mendapatkan formulasi praktis upaya pencegahan yang dapat dilakukan.

Menurut WHO, lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri per tahun. Bunuh diri telah menjadi penyebab utama kematian di antara orang berusia 15 s.d 29 tahun. Terkait hal ini, ada kekeliruan pandangan dalam masyarakat awam. Mereka sering meyakini hanya orang dewasa yang menunjukkan perilaku bunuh diri. Tetapi data dan fakta menunjukkan, bahwa ada banyak anak-anak dan remaja terlibat dalam tindakan bunuh diri sebagai akibat dari kekerasan, pelecehan seksual, penindasan (bullying) secara langsung, dan penindasan melalui media sosial.

Bunuh diri sesungguhnya adalah masalah kesehatan masyarakat sedunia. Tindakan bunuh diri patut mendapat perhatian semua pihak yang berkarya di bidang kesehatan mental, termasuk organisasi ilmiah dan profesional, organisasi konsumen kesehatan mental dan keluarga mereka, serta lembaga pendidikan.
Kejadian bunuh diri sesungguhnya patut mendapat perhatian khusus dari otoritas kesehatan baik nasional/provinsial/kota/kabupaten, karena merupakan tanggung jawab mereka untuk menyusun kebijakan dan arahan yang bertujuan membangun strategi untuk mencegah bunuh diri dan mempromosikan kesehatan mental masyarakat.

Peran media cetak dan audiovisual serta media sosial juga tidak kalah penting. Karena partisipasi media memiliki efek positif maupun negatif, bergantung pada bagaimana mereka memposisikan diri dan berpandangan, membuat kebijakan, dan membuahkan karya pemberitaan tentang problematika bunuh diri. Hasil riset menunjukkan, ada berbagai faktor rumit (kompleks) yang menyebabkan dan memicu tindakan bunuh diri. Tidak mudah dan tidak bijakana pula untuk melakukan simplifikasi faktor penyebab atau faktor pencetus tindakan bunuh diri yang sejatinya sangat rumit tersebut.

Sesungguhnya, apa yang dimaksud perilaku bunuh diri (suicidal behaviour)? Definisi paling terkenal, dan dalam pandangan Alberto Trimboli serta para pegiat kesehatan mental adalah definisi yang diartikulasikan Durkheim dalam karyanya Bunuh Diri (Suicide). Esai Durkheim tersebut merupakan salah satu penjelasan ilmiah dan berbasis bukti (evidence based) tentang bunuh diri yang paling jelas (clear). Dalam tulisan tersebut, Durkheim mendefinisikan bunuh diri sebagai istilah “diterapkan pada semua kasus kematian akibat secara langsung atau tidak langsung dari tindakan positif atau negatif korban sendiri, yang ia tahu akan menghasilkan hasil dari tindakan itu.”

Karena itu, tujuan menjadikan pencegahan bunuh diri sebagai tema Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun 2019 adalah untuk menarik perhatian pemerintah di setiap negara, agar masalah tersebut dapat diprioritaskan dalam agenda kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Tujuan lain dari peringatan hari kesehatan jiwa yang ingin dicapai adalah, agar membuat orang terbiasa untuk berbicara tentang suatu topik yang cenderung dianggap “tabu dan banyak orang berpendapat keliru, penuh prasangka negatif, atau menjadi bahan ejekan/cemoohan”. Hal ini akan membantu masyarakat luas untuk dapat belajar tentang faktor-faktor risiko tindakan bunuh diri, sehingga setiap orang dapat mengidentifikasi dan belajar untuk mengatasinya.

Alberto Trimboli menegaskan, bahwa bunuh diri dapat dicegah, dan karenanya dapat dihindari. Itulah sebabnya semua upaya dan kebijakan publik harus fokus pada upaya pencegahan.
Permasalahan riil yang jamak dan sering dihadapi, masih ada orang yang sedang menghadapi krisis kejiwaan dan/atau orang yang menderita gangguan mental tidak memiliki akses atau kesulitan mendapatkan akses ke layanan kesehatan mental.

Trimboli juga menyatakan, upaya pencegahan bunuh diri membutuhkan dukungan semua orang. Pencegahan bunuh diri adalah kerja bersama, perlu kerja sama satu sama lain. Karena itu, WFMH mengundang setiap orang untuk bergabung dalam kampanye untuk Hari Kesehatan Mental 2019, dan untuk membuat perubahan besar di seluruh dunia tentang masalah yang sangat penting ini. Mari kita bekerja, dan bekerja sama sesuai kapasitas kita masing-masing!

Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang

Pembinaan Pos UKK Jolie Jaya Snack Desa Tonjong

Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja) merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di sektor pekerja informal pada upaya promotif dan preve...