Sabtu, 28 April 2018

Bebas Kecacingan, Kenapa Tidak?


Kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing parasit, khususnya ditularkan oleh cacing yang hidup di tanah. Kecacingan merupakan salah satu masalah kesehatan yang seringkali diabaikan sehingga penanganannya terlambat. Diperkirakan sekitar 2 milyar penduduk di dunia mengalami kecacingan, 60-80% di antaranya menyerang anak usia sekolah. Kecacingan jika tidak ditangani dapat mempengaruhi kecerdasan anak.

Jenis cacing yang menjadi penyebab kecacingan yaitu antara lain cacing tambang (1,2 milyar penduduk), cacing gelang (800 juta penduduk), dan cacing cambuk (600 juta penduduk). Siklus Hidup Cacing dapat digambarkan sebagai berikut : telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses/kotoran manusia, bila mencemari tanah dan sumber air maka setiap tetes air akan tercemar telur cacing, jika air tersebut dipakai menyirami tanaman/aspal jalan, telur itu akan naik ke darat dan menempel di butiran debu, telurnya sangat tahan banting, telur cacing tidak pecah meski dilindas ban mobil, atau sepeda motor, sambil menumpang debu telur cacing mencemari tumbuhan, makanan dan tempat yang sering dipegang tangan manusia , masuk ke tubuh telur menjadi larva dan menembus dinding usus, serta dalam darah, larva cacing menuju liver, jantung, paru-paru, dan kembali ke usus.

Seseorang yang menderita kecacingan akan mengalami beberapa gejala. Gejala-gejala yang muncul akibat kecacingan yaitu : gatal-gatal terutama di sekitar anus, nyeri di perut, kurang nafsu makan, anemia/kurang darah, batuk tidak sembuh-sembuh, penyumbatan saluran cerna, mudah mengantuk, berat badan rendah, perut buncit, dan lemah lesu karena kurang darah.

Penularan kecacingan biasanya terjadi karena termakan makanan atau minuman yang tercemar oleh telur cacing. Bayi dapat terinfeksi cacing melalui jari ibunya yang mengandung telur cacing. Sehingga pendapat yang beranggapan cacingan selalu berhubungan dengan higiene sanitasi sangatlah benar.  Cacing tambang dapat masuk melalui larva yang tertelan atau larva yang menembus kulit. Cacing kremi betina mengeluarkan telurnya di sekitar dubur terutama pada malam hari, penularan dapat terjadi dengan tertular telur yang jatuh di alas tempat tidur ataupun benda lain yang terkontaminasi. Cacing pita dapat masuk dalam tubuh manusia, dengan cara makan daging sapi/babi mentah atau tidak di masak dengan baik.

Selain hal-hal di atas, kecacingan menimbulkan beberapa kerugian. Kerugian yang timbul akibat kecacingan diantaranya : jumlah karbohidrat, protein, dan darah dalam tubuh berkurang, menghambat perkembangan fisik, menurunkan fungsi kecerdasan pada anak-anak, menurunkan produktivitas kerja. Akibat jangka panjang dari kecacingan adalah stunting. 30 persen masalah stunting itu adalah karena kecacingan, dan kasus stunting itu sudah sejak bayi dalam kandungan. Seorang anak dikatakan stunting jika dibandingkan dengan anak seusianya, tinggi badan anak tersebut jauh lebih pendek. Menurut WHO tercatat 7,8 juta dari 23 juta balita di dunia mengalami stunting. Dari 35,6 persen stunting di Indonesia tersebut, sebanyak 18,5 persen balita masuk dalam kategori sangat pendek dan 17,1 persen masuk ke kategori pendek. Menindaklanjuti fakta tersebut pemerintah menargetkan penurunan dari prevalensi stunting dari status awal 32,9 persen, turun menjadi 28 persen pada 2019 mendatang. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan pemberian obat cacing secara masal. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menetapkan Bulan April ini ada pemberian obat kecacingan untuk sasaran umur 2-12 tahun dan di bulan Oktober untuk semua umur yang terintegrasi dengan program pencegahan penyakit Filariasis.

Mengingat betapa ruginya anak-anak kita jika terkena kecacingan, alangkah baiknya kita melakukan pencegahan agar tidak terjadi kecacingan. Hal yang terpenting dalam menekan prevalensi penyakit cacingan tidak bisa hanya dengan pemberian obat cacing saja. Perlu kesadaran masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik di rumah maupun di lingkungannya masing-masing. Pencegahan penyakit kecacingan dapat dilakukan dengan memutuskan rantai daur hidup cacing, dengan cara : BAB di jamban, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mandi teratur minimal 2 kali sehari, membiasakan diri untuk cuci tangan pakai sabun di beberapa titik kritis antara lain setelah BAB, sebelum makan, setelah memegang sesuatu, serta memotong kuku secara teratur agar tidak ada telur cacing yang bersarang dan membiasakan diri memakai alas kaki ketika keluar rumah.

Semoga dengan selalu mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) tersebut, kita dan anak-anak kita terhindar dari kecacingan dan berbagai macam penyakit lainnya. Jika perlu periksakan secara teratur anak-anak setiap 6 bulan sekali. Bebas kecacingan, kenapa tidak?


Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang

Pembinaan Pos UKK Jolie Jaya Snack Desa Tonjong

Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja) merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di sektor pekerja informal pada upaya promotif dan preve...