Kondisi
ini bisa disebabkan oleh banyak aspek, mulai dari aspek pendidikan hingga
ekonomi. Stunting sangat penting untuk dicegah. Hal ini dikarenakan
dampak stunting yang sulit untuk diperbaiki dan dapat merugikan masa
depan anak. Dampak stunting jangka panjang
yaitu dapat menimbulkan rendahnya
status kesehatan dan gizi sehingga berpengaruh terhadap rendahnya kualitas
sumber daya manusia (SDM), pencapaian pendidikan, dan daya saing bangsa
Stunting
dapat diartikan dengan kekurangan gizi kronis yang terjadi
selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak hanya tubuh
pendek, stunting memiliki banyak dampak buruk untuk anak. Stunting pada anak dapat mempengaruhinya dari kecil hingga
dewasa. Dampak stunting
untuk anak yaitu antara lain : kecerdasan
anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa maksimal, sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah
sakit, anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit
diabetes, penyakit
jantung, stroke, dan kanker.
Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan
faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting. Ada banyak sekali hal-hal
yang dapat memicu terjadinya gizi buruk pada ibu hamil dan bayi yaitu antara lain : pengetahuan
ibu yang kurang memadai, infeksi berulang atau kronis, sanitasi
yang buruk dan terbatasnya layanan kesehatan.
Dampak buruk
stunting yang menghantui hingga
usia tua membuat kondisi ini sangat penting untuk dicegah. Gizi yang baik dan tubuh yang sehat merupakan kunci
dari pencegahan stunting. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
antara lain : mengonsumsi makanan dengan kandungan nutrisi yang
dibutuhkan selama hamil
dan selama
menyusui; memberikan
nutrisi yang baik kepada si kecil, seperti
memberikan ASI eksklusif dan nutrisi
penting lainnya seiring pertambahan usia; rutin memeriksakan kehamilan serta pertumbuhan dan perkembangan
anak setelah lahir; menerapkan
pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum makan, serta
memiliki sanitasi yang bersih di lingkungan rumah.
Program perbaikan
gizi dilakukan melalui pendekatan continuum of care yaitu pendekatan ini dimulai sejak masa pra-hamil, hamil, bersalin dan nifas, bayi, balita, hingga remaja.
Program perbaikan gizi ini berfokus pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) yang dimulai dari masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2
tahun. Mengapa 1000 HPK? Karena rentang masa itu merupakan periode sensitif
yang menentukan kualitas hidup anak di masa yang akan datang.
Perbaikan
gizi masih perlu dioptimalkan, upaya Kementerian Kesehatan dalam Program
Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga difokuskan pada 4 prioritas yaitu
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),
perbaikan gizi khususnya penurunan prevalensi stunting, serta penurunan
penyakit menular dan tidak menular.
Pendekatan
keluarga dilakukan sebagai strategi perubahan perilaku yang dimulai dari
keluarga dan masyarakat dalam penerapan gizi seimbang. Hal itu dilakukan dengan
mengedepankan konsumsi ikan, sayur dan buah, serta pengenalan terhadap risiko
penyakit.
Menghindari
terjadinya stunting memerlukan usaha
yang menyeluruh dari semua pihak tidak hanya tanggung
jawab para ibu, melainkan milik seluruh anggota keluarga. Begitu juga dengan perbaikan gizi melalui intervensi
gizi spesifik yang dilakukan oleh sektor kesehatan tidak akan mencapai hasil
maksimal tanpa adanya intervensi sensitif dari sektor non-kesehatan, seperti
peningkatan produksi pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi di
tingkat rumah tangga, perlindungan sosial untuk pengentasan kemiskinan melalui
program keluarga harapan (PKH), program nasional pemberdayaan masyarakat
(PNPM), penyediaan air bersih dan sanitasi, serta program pemberdayaan
perempuan.
Peringatan
Hari Gizi Nasional (HGN) ke-59 harus dijadikan sebagai momentum meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peran keluarga. Selain itu, perlu
menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak dalam
membangun gizi bangsa. Hari Gizi Nasional ke-59 tahun 2019, yang jatuh pada
tanggal 25 Januari mendatang, mengangkat sub-tema ”Keluarga Sadar Gizi,
Indonesia Sehat dan Produktif” dengan slogan ”Gizi Seimbang, Prestasi
Gemilang’‘.
Oleh
: Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh
Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar