Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk. Tidak seperti DBD dan malaria yang hanya ditularkan melalui
satu jenis nyamuk, penyakit kaki gajah dapat ditularkan melalui semua jenis nyamuk.
Cacing Filaria tersebut mulanya bisa dari kera atau kucing, kemudian ditularkan
melalui gigitan nyamuk ke manusia.
Seseorang dapat terkena penyakit kaki gajah jika digigit
oleh nyamuk yang membawa larva cacing filarial. Di dalam tubuh manusia larva
infektif tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan dapat menghasilkan jutaan
anak cacing atau mikrofilaria. Cacing dewasa itu akan hidup di saluran dan
kelenjar getah bening sehingga dapat menyebabkan penyumbatan hingga akhirnya
menjadi cacat menetap. Gejala awal berupa demam berulang kurang lebih 1 sampai
2 kali setiap bulan bila bekerja berat, namun dapat sembuh tanpa diobati.
Timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa ada luka.
Pada tahun 2000, WHO memperkirakan
terdapat sekitar 120 juta orang di dunia yang menderita filariasis limfatik.
Sepertiga di antaranya mengidap infeksi yang parah hingga mengubah bentuk dari
bagian tubuh yang terjangkiti. Parasit yang bisa menyebabkan jenis filariasis
ini meliputi Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia
timori. W. bancrofti merupakan parasit yang paling sering
menyerang manusia. Diperkirakan 9 dari 10 penderita filariasis limfatik
disebabkan oleh parasit ini. Sementara sisanya biasanya disebabkan oleh B.
malayi.
Parasit filaria masuk ke tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Parasit tersebut akan tumbuh
dewasa berbentuk cacing, bertahan hidup selama 6 hingga 8 tahun, dan terus
berkembang biak dalam jaringan limfa manusia.
Infeksi ini umumnya dialami sejak masa
kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari
sampai akhirnya terjadi pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Pembengkakan
tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat permanen.
Gejala lainnya ada
pembesaran yang hilang timbul pada kaki, tangan, atau payudara. Itulah yang
lema kelamaan pembesaran tersebut menjadi cacat menetap. Penyakit ini penting
untuk dieliminasi karena kecacatan yang ditimbulkannya dapat menyebabkan penderita
tidak produktif sehingga menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Hingga
saat ini hanya ada 6 provinsi yang bukan daerah endemis filariasis di
Indonesia, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara,
dan NTB. Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, sebanyak 236 kabupaten/kota yang
tersebar di 28 provinsi masih merupakan daerah endemis filariasis.
Sampai dengan 2018, dilaporkan 12.677 kasus klinis
kronis yang tersebar di 34 provinsi. Perkembangan jumlah kasus kronis penyakit
kaki gajah yang baru sudah jarang ditemui, karena kegiatan pencegahan melalui
Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM) terlaksana dengan baik.
Untuk mengatasi masalah filariasis, Kemenkes telah
mengeluarkan Permenkes nomor 94 tahu 2014 tentang penanggulangan filariasis.
Strateginya dilakukan dengan POPM untuk memutus mata rantai penularan
filariasis. POPM diberikan sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut. Jenis
obat yang dipakai adalah Diethylcarbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat
adalah menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah dengan kawat
kassa, menggunakan obat nyamuk semprot/bakar untuk mengusir nyamuk, dan
menggunakan alat pelindung diri atau obat oles anti nyamuk. Masyarakat penting
juga menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), menjaga kebersihan
lingkungan, menghilangkan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan,
atau mengalirkan air yang tergenang, dan minum obat pencegahan filariasis
secara teratur.
Oleh
: Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh
Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas
Tajurhalang