Kecacingan adalah infeksi yang disebabkan
oleh cacing parasit, khususnya ditularkan oleh cacing yang hidup di tanah.
Kecacingan merupakan salah satu masalah kesehatan yang seringkali diabaikan
sehingga penanganannya terlambat. Diperkirakan sekitar 2 milyar penduduk di dunia
mengalami kecacingan, 60-80% di antaranya menyerang anak usia sekolah.
Kecacingan jika tidak ditangani dapat mempengaruhi kecerdasan anak.
Jenis cacing yang menjadi penyebab kecacingan yaitu antara lain
cacing tambang (1,2 milyar penduduk), cacing gelang (800 juta penduduk), dan
cacing cambuk (600 juta penduduk). Siklus Hidup Cacing dapat digambarkan
sebagai berikut : telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses/kotoran
manusia, bila mencemari tanah dan sumber air maka setiap tetes air akan
tercemar telur cacing, jika air tersebut dipakai menyirami tanaman/aspal jalan,
telur itu akan naik ke darat dan menempel di butiran debu, telurnya sangat
tahan banting, telur cacing tidak pecah meski dilindas ban mobil, atau sepeda
motor, sambil menumpang debu telur cacing mencemari tumbuhan, makanan dan
tempat yang sering dipegang tangan manusia , masuk ke tubuh telur menjadi larva
dan menembus dinding usus, serta dalam darah, larva cacing menuju liver,
jantung, paru-paru, dan kembali ke usus.
Seseorang yang menderita kecacingan akan
mengalami beberapa gejala. Gejala-gejala yang muncul akibat kecacingan yaitu :
gatal-gatal terutama di sekitar anus, nyeri di perut, kurang nafsu makan,
anemia/kurang darah, batuk tidak sembuh-sembuh, penyumbatan saluran cerna,
mudah mengantuk, berat badan rendah, perut buncit, dan lemah lesu karena kurang
darah.
Penularan kecacingan biasanya terjadi karena termakan
makanan atau minuman yang tercemar oleh telur cacing. Bayi dapat terinfeksi
cacing melalui jari ibunya yang mengandung telur cacing. Sehingga pendapat yang
beranggapan cacingan selalu berhubungan dengan higiene sanitasi sangatlah
benar. Cacing tambang dapat masuk melalui larva yang tertelan atau larva
yang menembus kulit. Cacing kremi betina mengeluarkan telurnya di sekitar dubur
terutama pada malam hari, penularan dapat terjadi dengan tertular telur yang
jatuh di alas tempat tidur ataupun benda lain yang terkontaminasi. Cacing pita
dapat masuk dalam tubuh manusia, dengan cara makan daging sapi/babi mentah atau
tidak di masak dengan baik.
Selain hal-hal di atas, kecacingan
menimbulkan beberapa kerugian. Kerugian yang timbul akibat
kecacingan diantaranya : jumlah karbohidrat, protein, dan darah dalam tubuh
berkurang, menghambat perkembangan fisik, menurunkan fungsi kecerdasan pada
anak-anak, menurunkan produktivitas kerja. Akibat
jangka panjang dari kecacingan adalah stunting. 30 persen masalah stunting itu adalah karena
kecacingan, dan kasus stunting itu sudah sejak bayi dalam kandungan. Seorang anak dikatakan stunting jika
dibandingkan dengan anak seusianya, tinggi badan anak tersebut jauh lebih
pendek. Menurut WHO tercatat 7,8 juta dari 23 juta
balita di dunia mengalami stunting. Dari
35,6 persen stunting di Indonesia tersebut, sebanyak 18,5 persen balita masuk
dalam kategori sangat pendek dan 17,1 persen masuk ke kategori pendek.
Menindaklanjuti fakta tersebut pemerintah menargetkan penurunan dari prevalensi
stunting dari status awal 32,9 persen, turun menjadi 28 persen pada 2019
mendatang. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan pemberian obat cacing
secara masal. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menetapkan Bulan April ini ada
pemberian obat kecacingan untuk sasaran umur 2-12 tahun dan di bulan Oktober
untuk semua umur yang terintegrasi dengan program pencegahan penyakit
Filariasis.
Mengingat betapa ruginya anak-anak kita
jika terkena kecacingan, alangkah baiknya kita melakukan pencegahan agar tidak
terjadi kecacingan. Hal yang terpenting
dalam menekan prevalensi penyakit cacingan tidak bisa hanya dengan pemberian obat cacing saja. Perlu kesadaran masyarakat untuk
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik di rumah maupun di lingkungannya masing-masing. Pencegahan penyakit kecacingan dapat dilakukan dengan memutuskan
rantai daur hidup cacing, dengan cara : BAB di jamban, menjaga kebersihan diri
dan lingkungan, mandi teratur minimal 2 kali sehari, membiasakan diri untuk
cuci tangan pakai sabun di
beberapa titik kritis antara lain setelah
BAB, sebelum makan, setelah memegang sesuatu, serta memotong kuku secara teratur agar
tidak ada telur cacing yang bersarang dan membiasakan diri memakai alas kaki
ketika keluar rumah.
Semoga dengan selalu mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) tersebut, kita dan anak-anak kita
terhindar dari kecacingan dan
berbagai macam penyakit lainnya. Jika perlu periksakan secara teratur anak-anak
setiap 6 bulan sekali. Bebas kecacingan, kenapa tidak?
Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang