Jumat, 25 Januari 2019

Masalah Stunting Mengancam Masa Depan Anak Indonesia

Program perbaikan gizi di puskesmas khususnya penurunan angka stunting menjadi salah satu agenda prioritas nasional pembangunan kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 diperoleh angka stunting di Indonesia sebesar 30,8%. Hal ini menunjukkan bahwa masalah stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena masih di atas ambang batas 20%. Pada tahun 2019, survei membuktikan sekitar 30 persen balita Indonesia mengalami stunting.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak aspek, mulai dari aspek pendidikan hingga ekonomi. Stunting sangat penting untuk dicegah. Hal ini dikarenakan dampak stunting yang sulit untuk diperbaiki dan dapat merugikan masa depan anak. Dampak stunting jangka panjang yaitu dapat menimbulkan rendahnya status kesehatan dan gizi sehingga berpengaruh terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), pencapaian pendidikan, dan daya saing bangsa

Stunting dapat diartikan dengan kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak hanya tubuh pendek, stunting memiliki banyak dampak buruk untuk anak. Stunting pada anak dapat mempengaruhinya dari kecil hingga dewasa. Dampak stunting untuk anak yaitu antara lain : kecerdasan anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa maksimal, sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit, anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker.

Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting. Ada banyak sekali hal-hal yang dapat memicu terjadinya gizi buruk pada ibu hamil dan bayi yaitu antara lain : pengetahuan ibu yang kurang memadai, infeksi berulang atau kronis, sanitasi yang buruk dan terbatasnya layanan kesehatan.

Dampak buruk stunting yang menghantui hingga usia tua membuat kondisi ini sangat penting untuk dicegah. Gizi yang baik dan tubuh yang sehat merupakan kunci dari pencegahan stunting. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu antara lain : mengonsumsi makanan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan selama hamil dan selama menyusui; memberikan nutrisi yang baik kepada si kecil, seperti memberikan ASI eksklusif dan nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usia; rutin memeriksakan kehamilan serta pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir; menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum makan, serta memiliki sanitasi yang bersih di lingkungan rumah.

Program perbaikan gizi dilakukan melalui pendekatan continuum of care yaitu pendekatan ini dimulai sejak masa pra-hamil, hamil, bersalin dan nifas, bayi, balita, hingga remaja. Program perbaikan gizi ini berfokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dimulai dari masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2 tahun. Mengapa 1000 HPK? Karena rentang masa itu merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup anak di masa yang akan datang.

Perbaikan gizi masih perlu dioptimalkan, upaya Kementerian Kesehatan dalam Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga difokuskan pada 4 prioritas yaitu percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), perbaikan gizi khususnya penurunan prevalensi stunting, serta penurunan penyakit menular dan tidak menular.
Pendekatan keluarga dilakukan sebagai strategi perubahan perilaku yang dimulai dari keluarga dan masyarakat dalam penerapan gizi seimbang. Hal itu dilakukan dengan mengedepankan konsumsi ikan, sayur dan buah, serta pengenalan terhadap risiko penyakit.

Menghindari terjadinya stunting memerlukan usaha yang menyeluruh dari semua pihak tidak hanya tanggung jawab para ibu, melainkan milik seluruh anggota keluarga. Begitu juga dengan perbaikan gizi melalui intervensi gizi spesifik yang dilakukan oleh sektor kesehatan tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa adanya intervensi sensitif dari sektor non-kesehatan, seperti peningkatan produksi pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga, perlindungan sosial untuk pengentasan kemiskinan melalui program keluarga harapan (PKH), program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), penyediaan air bersih dan sanitasi, serta program pemberdayaan perempuan.

Peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-59 harus dijadikan sebagai momentum meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peran keluarga. Selain itu, perlu menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak dalam membangun gizi bangsa. Hari Gizi Nasional ke-59 tahun 2019, yang jatuh pada tanggal 25 Januari mendatang, mengangkat sub-tema ”Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif” dengan slogan ”Gizi Seimbang, Prestasi Gemilang’‘.

Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang

Sabtu, 08 Desember 2018

Jauhkan Anak Kita dari Penyakit Diare


Masalah pencernaan tidak hanya orang dewasa, tetapi juga dapat dialami oleh anak di bawah usia 5 tahun atau balita. Salah satu yang paling sering muncul yaitu diare. Diare jika dibiarkan, bisa berakibat fatal. Diare merupakan kondisi di mana anak mengalami buang air besar (BAB) cair lebih dari tiga kali sehari. Keadaan ini dapat disebabkan oleh infeksi seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur, atau non-infeksi seperti alergi dan intoleransi makanan.

Saat ini, sekitar 30 persen anak-anak memiliki saluran cerna yang rentan dan sensistif, mudah diare, mengalami konstipasi, atau menghasilkan gas berlebihan. Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada anak usia di bawah 5 tahun, persentasenya 15 sampai 17 persen. Penyebab utama diare pada anak di bawah usia 3 tahun adalah Rotavirus. Infeksi rotavirus membuat enzim laktase tidak dapat mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Rotavirus merupakan jenis virus yang menginfeksi usus. Virus ini juga menjadi penyebab umum dari penyakit diare pada bayi dan anak-anak di seluruh dunia. Hampir sebagian besar anak berusia hingga 5 tahun sudah pernah mengalami virus ini.

Terdapat beberapa ciri-ciri anak yang mengalami diare akibat rotavirus. Mulai dari buang air besar yang banyak, pantat merah, menghasilkan bau yang asam, hingga terlalu sering ketut. Pertolongan pertama yang harus dilakukan saat anak mengalami ciri-ciri ini adalah menjaga cairan agar tidak dehidrasi, kemudian teruskan ASI dan makanan. Tidak lupa juga untuk memberikan tablet Zinc. Penggunaan tablet zinc sendiri disarankan untuk dilakukan selama 10 hari sehingga dapat mencegah 40 persen terulangnya kasus diare dalam 3 bulan setelahnya. Untuk penggunaan antibiotik, disarankan hanya menggunakan antibiotik selektif yang telah dianjurkan oleh dokter.

Pencegahan diare yang paling tepat adalah dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga. PHBS sangat penting untuk mencegah berbagai macam penyakit, termasuk salah satunya adalah diare. Adapun PHBS yang dapat diterapkan untuk pencegahan penyakit diare antara lain: dengan membiasakan cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir, buang air besar di jamban, menggunakan air bersih untuk konsumsi dan keperluan lainnya, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, memilah sampah ssesuai dengan klasifikasinya dan mengolahnya, serta mengimunisasi bayi / balita sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan.


Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang

Jumat, 30 November 2018

Tubuh Sehat dimulai dari Apa yang kita Makan



Salah satu upaya untuk menjaga kesehatan keluarga adalah dengan memberikan asupan gizi yang seimbang. Pada Asupan gizi seimbang akan terpenuhi jika makanan yang kita konsumsi sehari-hari mengandung jumlah dan jenis zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi, yang utama adalah memenuhi kebutuhan kalori. Hal ini dikarenakan kalori adalah sumber energi untuk tubuh. Namun, seringkali orang mengira bahwa asupan kalori bisa didapat cukup dari karbohidrat atau satu jenis makanan saja. Ternyata, kalori harus dipenuhi dari karbohidrat, lemak, protein dan serat. Maka dari itu mengonsumsi makanan yang beragam sangatlah penting untuk memenuhi gizi seimbang.
Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna dulu pernah sangat dikenal, namun seiring berjalannya waktu prinsip tersebut diganti dengan pedoman Gizi Seimbang. Gizi Seimbang adalah prinsip pengonsumsian makanan harian yang didasarkan pada angka kecukupan jenis dan jumlah zat gizi sesuai karakter (usia, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis) dan memerhatikan 4 Pilar Gizi Seimbang.
Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dengan menerapkan Gizi Seimbang, yaitu: mendukung pertumbuhan secara optimal (untuk anak-anak), menjaga kesehatan tubuh (untuk semua), menunjang aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari (untuk semua), dan menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh (untuk semua).

Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna hanya menekankan pada adanya 5 jenis makanan untuk konsumsi harian, yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Seiring perkembangan zaman dan permasalahan gizi, prinsip ini sudah tidak relevan. Makanan gizi seimbang tidak cukup hanya dengan memerhatikan kehadiran 5 jenis makanan tersebut melainkan juga perlu mencukupi jenis dan jumlah zat gizi sesuai usia dan fisiologi.

Pedoman Gizi Seimbang memiliki 4 pilar yang penting untuk mencapai tujuan-tujuan Gizi Seimbang. Kepatuhan dalam menjalankan 4 Pilar Gizi Seimbang ini bisa menyeimbangkan zat gizi yang masuk dan keluar sehingga befek positif bagi tubuh.
Berikut ini adalah 4 Pilar Gizi Seimbang:
1. Mengonsumsi makanan beragam
Pilar pertama yang penting di dalam pedoman Gizi Seimbang adalah mengonsumsi beragam jenis makanan. Hal ini dikarenakan, tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi, kecuali ASI (untuk bayi 0-6 bulan).
Keragaman jenis makanan bisa melengkapi kebutuhan gizi tubuh dan disebut dengan makanan gizi seimbang. Dengan mengonsumsi makanan beragam, maka zat-zat gizi yang diperlukan tubuh bisa dipenuhi.
2. Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Pilar Gizi Seimbang juga mencakup higienitas individu. Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat adalah pilar kedua dari prinsip Gizi Seimbang. Ini penting, karena manfaat pengonsumsian aneka jenis makanan akan dikalibrasi jika makanan terkontaminasi atau tubuh terinfeksi. Kontaminasi bakteri pada tubuh dan makanan bisa dihindari atau setidaknya dikurangi peluangnya dengan meningkatkan kebersihan diri.
Berikut ini adalah beberapa kebiasaan hidup bersih dan sehat:
1.     Menerapkan cara mencuci tangan yang bersih sebelum kontak dengan makanan atau ASI. 
2.      Menutup makanan yang disajikan agar terhindar dari vektor penyakit infeksi
3.      Menutup mulut dan hidung bila bersin
4.      Menggunakan alas kaki agar terhindar dari infeksi cacing

3. Melakukan aktivitas fisik
Seimbang adalah sesuai antara yang masuk dengan yang keluar. Tidak hanya memerhatikan jenis dan jumlah zat gizi yang masuk, Gizi Seimbang juga memerhatikan pengeluaran zat gizi.
Oleh karena itu, pilar Gizi Seimbang juga menyentuh aspek kegiatan fisik. Hal ini bertujuan agar gizi yang masuk seimbang dengan gizi yang keluar. Ketidakseimbangan asupan gizi dan aktivitas fisik bisa menimbulkan masalah gizi (kekurangan atau kelebihan gizi).

4. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal
Pilar Gizi Seimbang yang keempat terkait dengan pilar ketiga. Anda tidak perlu bingung untuk mengetahui apakah pemasukan dan pengeluaran zat gizi Anda sudah seimbang atau belum.
Nilai IMT Anda bisa memberi tahu, pakah Anda sudah memiliki berat badan normal atau belum. Berat badan Anda termasuk normal jika nilai IMT berkisar 18,5 – 25,0. Jika kurang dari 18,5 artinya berat badan Anda kurang, dan jika lebih dari 25 artinya berat badan berlebih.

Jadi, penting untuk memantau berat badan dan nilai IMT. Jika IMT dan berat badan sudah normal, maka pertahankan. Namun bila kurang ditingkatkan dan bila berlebih dikurangi. Pastinya, ini mudah dilakukan bila tekad Anda untuk memiliki tubuh langsing cukup kuat.
Ada dua visualisasi gizi seimbang, yaitu dengan menggunakan Tumpeng Gizi Seimbang dan Piring Makanku untuk porsi sekali makan.
1. Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
Tumpeng Gizi Seimbang ditujukan untuk memberi gambaran dan penjelasan sederhana tentang panduan porsi dan jenis makanan gizi seimbang, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan pemantauan berat badan.



 
Sumber: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Gizi Masyarakat

2. Piring Makanku (Porsi Sekali Makan)
Visualisasi dengan piring makanku memebrikan panduan porsi makanan gizi seimbang sesuai jenisnya untuk setiap kali makan.


Sumber: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Gizi Masyarakat

Pesan Umum Gizi Seimbang untuk Semua Usia
Ada beberapa pesan gizi seimbang secara umum yang bisa diterapkan untuk semua kelompok usia mulai dari bayi baru lahir hingga lansia. Pesan Umum Gizi Seimbang ini juga baik diterapkan oleh ibu hamil dan ibu menyusui.
Inilah 10 pesan Gizi Seimbang untuk semua kelompok usia:
1.  Syukuri dan nikmati anekaragam makanan
2.  Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
3.  Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
4.  Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok
5.  Batasi konsumsi pangan manis (gula), asin (garam), dan berlemak (minyak dan mentega)
6.  Biasakan Sarapan
7.  Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8.  Biasakan membaca label pada kemasan pangan
9.  Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal

Penting sekali bagi kita menerapkan prinsip gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari, karena tubuh yang sehat berawal dari apa yang dimakan.

Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang



Pembinaan Pos UKK Jolie Jaya Snack Desa Tonjong

Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja) merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di sektor pekerja informal pada upaya promotif dan preve...