Senin, 31 Juli 2017

Keluarga Sehat Pilar Bagi Kesehatan Masyarakat Indonesia


Program Indonesia Sehat melalui pendekatan Keluarga Sehat merupakan salah satu program pemerintah mewujudkan Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia. Pada agenda ke-5 dalam 9 Agenda Prioritas (Nawa Cita) adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (Program Indonesia Sehat). Agenda ini tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2015-2019 antara lain penerapan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Tiga rencana strategis Kemenkes tersebut dilaksanakan melalui pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah cara kerja puskesmas mendekatkan diri kepada masyarakat supaya permasalahan kesehatan di masyarakat dapat diketahui oleh masyarakat itu sendiri. Puskesmas dalam menjalankan fungsinya tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung saja, melainkan juga pelayanan kesehatan ke luar gedung dengan mengunjungi keluarga  keluarga yang terdata di wilayah kerja puskesmas. Puskesmas melakukan pendekatan pelayanan yang mengintegrasikan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) dan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) secara berkesinambungan dengan target keluarga.

Prioritas program keluarga sehat yaitu menurunkan angka kematian ibu (AKI), menurunkan angka kematian bayi (AKB), menurunkan prevalensi balita pendek (stunting), mempertahankan prevalensi HIV-AIDS < 0,5, menurunkan prevalensi tuberkulosis, menurunkan prevalensi malari, menurunkan prevalensi hipertensi, mempertahankan prevalensi obesitas pada 15,4, menurunkan prevalensi diabetes, serta menurunkan prevalensi kanker.  Program prioritas itu diperkuat dengan penyehatan lingkungan (sanitasi dan air minum).

Keluarga (rumah tangga) merupakan sasaran primer (utama) dalam upaya preventif promotif kesehatan sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilakunya menjadi perilaku yang sehat. Puskesmas sebagai unit terkecil pelayanan kesehatan dapat melakukan intervensi dengan tepat sasaran melalui pendekatan keluarga.

Tujuan dari pendekatan keluarga sehat ini adalah untuk meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, mendukung pencapaian SPM (Standar Pelayanan Minimal) kabupaten / kota dan SPM provinsi, mendukung pelaksanaan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dimana fasilitas pelayanan kesehatan harus meningkatkan jumlah kunjungan sehat, dan mendukung tercapainya program Indonesia sehat.

Kunjungan rumah adalah kegiatan mengunjungi rumah dalam rangka pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dan lintas sektornya di wilayah kerjanya. Dalam prakteknya setiap rumah tangga dikunjungi untuk didata dengan menggunakan 12 Indikator Keluarga Sehat. Setiap keluarga dikunjungi secara berkala terutama untuk keluarga yang mempunyai permasalahan 12 indikator keluarga sehat. Adapun yang menjadi Indikator Keluarga Sehat antara lain  : 1) keluarga mengikuti program KB (keluarga berencana), 2) ibu hamil memeriksakan kehamilannya (ANC – Ante Natal Care) sesuai standar, 3) bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap, 4) pemberian ASI eksklusif kapada bayi usia 0-6 bulan, 5) pemantauan pertumbuhan balita, 6) penderita TB Paru yang berobat sesuai standar, 7) penderita hipertensi yang berobat teratur, 8) penderita gangguan jiwa berat yang diobati, 9) tidak ada anggota keluarga yang merokok, 10) sekeluarga sudah menjadi anggota JKN, 11) mempunyai sarana air bersih, dan 12) menggunakan jamban keluarga.

Kunjungan rumah dalam keluarga sehat mempunyai berbagai manfaat antara lain : membantu keluarga untuk mengenali keadaan kesehatan di keluarganya, membantu melakukan rujukan apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit tertentu dan perlu dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan, mendorong keluarga untuk menfaatkan sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, poskesdes, ploindes, posyandu, dll serta meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat.

Pada saat melakukan kunjungan rumah, petugas membawa formulir pendataan Keluarga Sehat dan Paket Informasi dan Edukasi Keluarga Sehat. Keluarga yang didata merupakan keluarga inti (suami, isteri dan anak) sehingga dalam 1 rumah bisa terdapat lebih dari 1 keluarga. Pengolahan data keluarga sehat menggunakan aplikasi yang sudah ditentukan. Hasil pendataan dengan menggunakan 12 indikator ini akan menghasilkan strata / tingkatan keluarga sehat yang terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu: keluarga sehat (jika > 80% indikator baik), keluarga pra-sehat (50%-80% indikator baik), dan keluarga tidak sehat (< 50% indikator baik).

Penggunaan Aplikasi Keluarga Sehat selain untuk memasukkan data juga untuk menentukan prioritas program intervensi dalam keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Ketika permasalahan kesehatan di keluarga sudah diketahui, petugas dapat melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ada di keluarga tersebut. Paket Informasi dan Edukasi Keluarga Sehat  berfungsi untuk memudahkan petugas memberikan informasi den edukasi sesuai dengan masalah di keluarga sehingga diharapkan dapat tepat sasaran dan memudahkan masyarakat menyimak dan mengingat materi yang disampaikan.

Sebagai contoh di keluarga A dari 12 indikator yang didata terdapat 3 indikator yang bernilai nol yaitu keluarga mengikuti program KB, tidak ada anggota keluarga yang merokok, dan keluarga menjadi anggota JKN. Itu artinya petugas harus mengintervensi dengan memberikan pemahaman pentingnya keluarga mengikuti program KB, bahaya merokok, dan pentingnya anggota keluarga menjadi anggota JKN.

Dalam pendekatan keluarga sehat perlu mengembangkan forum komunikasi yang sudah ada untuk kontak dengan keluarga, seperti dasa wisma / PKK, posyandu, forum masyarakat desa, dll. Kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama,  maupun ormas yang ada di masyarakat harus dilibatkan sebagai mitra demi kelancaran pelaksanaan kegiatan. Hal ini sejalan dengan strategi promosi kesehatan bahwa kemitraan harus digalang dalam rangka pemberdayaan masyarakat guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan.

Keberhasilan kunjungan rumah dalam pendekatan keluarga ini tidak bisa lepas dari kerjasama dengan berbagai pihak. Kunjungan rumah dinilai berhasil apabila keluarga mengenali masalah, melakukan tindak lanjut mengatasi masalah, mengambangkan perilaku hidup bersih dan sehat, dan jumlah masalah dalam indikator keluarga sehat setiap keluarga berkurang. Pada akhirnya, pendekatan keluarga diharapkan mampu meningkatkan derajad kesehatan masyarakat menuju Indonesia yang sehat karena keluarga merupakan pilar inti dalam perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan produktif. Salam Sehat!

Oleh : Niswatun Nafi'ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Puskesmas Tajurhalang


Sabtu, 10 Juni 2017

Mengenal Asam Urat dan Pencegahannya


Apa itu penyakit Asam Urat? Penyakit Asam Urat atau Arthritis Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan nyeri berulang dipersendian karena adanya endapan kristal monosodium urat akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurikimia). Normalnya, asam urat akan dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin. Namun karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada maka menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

Orang yang berisiko terkena Asam Urat yaitu antara lain orang yang sudah berusia lanjut (45 tahun ke atas), perempuan yang menopause, obesitas / kegemukan, serta orang yang tidak melakukan gaya hidup sehat (kurang gerak, rendah serat, tinggi lemak serta tinggi purin).

Proses terjadinya penyakit Asam Urat dapat dijelaskan sebagai berikut ketika manusia konsumsi zat yang mengandung purin secara berlebihan, zat purin dalam jumlah banyak masuk dalam tubuh, kemudian melalui metabolisme berubah menjadi asam urat, kadar asam urat dalam tubuh meningkat, sehingga ginjal tidak mampu membuang kelebihan asam urat. Kemudian kristal asam urat yang berlebih menumpuk di persendian, akibatnya sendi kita terasa nyeri, membengkak, panas meradang, dan kaku.

Gejala penyakit Asam Urat, antara lain : sendi terasa nyeri, ngilu, linu, kesemutan dan bahkan membengkak dan berwarna kemerahan (meradang), biasanya persendian terasa nyeri saat pagi hari (baru bangun tidur) atau malam hari, rasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, dengkul, tumit, pergelangan tangan dan siku, untuk memastikan, Anda harus melakukan pemeriksaan laboratorium. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6 mg/dl.

Cara agar dapat terhindar dari risiko terkena Penyakit Asam Urat, antara lain menerapkan pola makan sehat seimbang dengan memilih karbohidrat kompleks (buah, sayuran, beras merah), protein tanpa lemak (tahu), dan lemak esensial yang sehat. Kenali makanan rendah purin. Pisang, seleda, peterseli, kol merah, kubis, paprika mesh, dan buah asam termasuk makanan yang baik untuk pasien gout, konsumsi makanan yang memiliki zat penurun asam urat dan mengurangi peradangan, seperti buah beri (bluberi, stroberi), tahu, dan minyak zaitun. Bawang putih sering disebut herbal ajaib karena dapat membantu menangani berbagai penyakit dan bermanfaat dalam banyak fungsi tubuh. Mengonsumsi 3-5 siung bawang putih sehari dapat membantu mengatasi gout dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, banyak minum air putih. Minum delapan gelas sehari atau ditambah jus buah segar (tomat, jeruk, nanas, dan lain-lain), olahraga teratur, berolahraga secara teratur 4-5 kali seminggu selama 30-45 menit setiap latihan, kurangi berat badan jika berlebihan, serta hindari makanan tinggi purin.  

Makanan yang Dihindari (mengandung banyak purin) meliputi jeroan, hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru dan otak, makanan laut seperti udang, kerang, cumi, kepiting, makanan kaleng seperi kornet dan sarden, daging, telur, kaldu atau kuah daging yang kental, kacang-kacangan seperti kacang kedelai (termasuk hasil olahannya seperti tempe, tauco, oncom, susu kedelai), kacang tanah, kacang hijau.

Selain itu dapat pula memanfaatkan herbal alami. Herbal alami yang dapat dimanfaatkan meliputi : 1) Sambiloto (Andrographis paniculata nees) bersifat diuretik dan antiinflamasi (anti-peradangan) shg dpt membantu mengatasi radang sendi pada gout, 2) Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) mengandung zat germakron yang bersifat antiinflamasi juga, 3) Lada hitam (Pipernigrum) dapat meningkatkan urinasi dan bersifat antiinflamasi, 4) Daun tempuyung (Sonchus arvensis) memiliki senyawa flavonoid yang bersifat antioksidan yang dapat menghambat kerja enzim kesatin oksidase dan reaksi superoksida shg pembentukan asam urat bisa dihambat atau dikurangi.

Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Puskesmas Tajurhalang

Rabu, 31 Mei 2017

Awas! Bahaya Itu Masih Mengancam

Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) diperingati setiap tanggal 31 Mei. Peringatan HTTS ini diharapkan  menjadi momentum para perokok untuk berhenti merokok. Menurut The ASEAN Tobacco Control ATLAS, Indonesia merupakan Negara dengan konsumsi rokok tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Bahkan di dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa satu dari tiga pria dewasa mengkonsumsi rokok. Rokok tidak hanya menghantui calon konsumen dewasa saja tetapi juga remaja berusia 13-15 tahun yang notabene merupakan pelajar penerus masa depan bangsa. Bisa dibayangkan jika calon penerus bangsa sudah diracuni dengan bahaya nikotin yang terkandung dalam rokok, mungkin masa depan bangsa ini berada di tangan generasi-generasi yang tidak sehat.

Hasil Survey PHBS Tatanan Rumah Tangga wilayah UPT Puskesmas Tajurhalang memperlihatkan bahwa untuk indikator tidak merokok masih menempati urutan teratas setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih sulit untuk lepas dari rokok. Padahal sudah jelas, dan sudah sering dilakukan penyuluhan akan bahaya asap rokok dan kematian akibat rokok, serta dibukanya Klinik Berhenti Merokok (KBM).

Kematian akibat rokok tidak terlepas dari bahan-bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok. Ada kurang lebih 4000 bahan kimia beracun dan 69 diantaranya merupakan penyebab kanker. Yang paling berbahaya di antaranya nikotin yang bersifat adiktif (ketergantungan), tar yang menyebabkan kanker, CO yang dapat mengikat sel darah merah, sehingga darah kekurangan oksigen. Seorang perokok dapat mengalami berbagai kerusakan hampir semua pada semua organ tubuhnya, 90% mengalami kanker mulut/tenggorokan, 75% mengalami penyakit paru-paru (bronchitis, asma), 40% mengalami penyakit stroke, 30% kematian akibat penyakit jantung. Penyakit-penyakit tersebut sebagian bersifat kronis, sehingga tidak dirasakan langsung oleh perokok. Tidak mengherankan jika perokok merasa tetap sehat walaupun setiap harinya mereka terpapar residua sap rokok. Tidak hanya itu, asap rokok juga berbahaya bagi mereka yang berada di sekitar perokok, atau yang disebut perokok pasif. Perokok pasif mempunyai risiko terkena kanker paru 20-30%, ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir mati, bayi lahir premature, atau pada anak-anak mengalami infeksi saluran pernapasan, asma dan bayi mati mendadak akibat asap rokok.

Siapapun dapat berhenti merokok asalkan ada niat atau kemauan, berikut beberapa tips berhenti merokok : kurangi jumlah batang rokok yang dihisap per hari, jauhi tempat dimana banyak perokok, rutin berolahraga, kurangi begadang atau tidur larut malam, minum jus / sari jeruk, tetapkan tanggal kapan berhenti merokok, kuatkan niat untuk berhenti merokok.

Oleh     : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat UPT Puskesmas Tajurhalang

Sabtu, 29 April 2017

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sumber-sumber sampah berasal dari rumah tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar, dll.

Penggolongan sampah dibedakan menjadi sampah anorganik/kering, sampah organik/basah, dan sampah berbahaya. Sampah anorganik/kering, contohnya logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll yang tidak dapat mengalami pembususkan secara alami. Sampah organik/basah, contohnya sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dll yang dapat mengalami pembusukan secara alami. Sedangkan sampah berbahaya, contohnya Baterei, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll.

Permasalahan yang dapat ditimbulkan akibat sampah meliputi tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara, serta menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Di Jakarta jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (volume Candi Borobudur = 55.000 m3). [Bapedalda, 2000]. Selain Jakarta, jumlah sampah yang cukup besar terjadi di Medan dan Bandung. Kota metropolitan lebih banyak menghasilkan sampah dibandingkan dengan kota sedang atau kecil.

Tata cara pemusnahan sampah yaitu dengan metode penumpukan, pengkomposan, pembakaran, dan sanitary landfill. Metode penumpukan ini sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran dan sumber penyakit dana badan-badan air. Metode pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Metode pembakaran dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran asap, bau dan kebakaran. Sedangkan metode sanitary landfill ini hampir sama dengan penumpukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas.

Sampah dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti sampah basah dapat digunakan untuk kompos dan makanan ternak, sampah kering dapat dimanfaatkan kembali dan didaur ulang, dan sampah kertas dapat didaur ulang.
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. Material yang dapat didaur ulang meliputi : 1) botol Bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll baik yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal, 2) kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecualai kertas yang berlapis minyak, 3) aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll, 4) besi bekas rangka meja, besi rangka beton dll, 5) plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll, 6) sampah basah dapat diolah menjadi kompos.
Sampah yang dikelola dengan baik tentunya akan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar. Pengelolaan sampah mempunyai manfaat yaitu menghemat sumber daya alam, menghemat energi, mengurangi uang belanja, menghemat lahan TPA, dan lingkungan asri (bersih ,sehat, dan nyaman).

Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM

Penyuluh Kesehatan Masyarakat Puskesmas Tajurhalang

Sabtu, 25 Maret 2017

TB Masih Menghantui Masyarakat


Tanggal 24 Maret diperingati sebagai hari Tuberculosis (TB) sedunia. Hari TB Sedunia tahun 2017 mengangkat tema “Gerakan Masyarakat Menuju Indonesia Bebas TB”. Tujuan peringatan hari TB sedunia adalah untuk menyebarluaskan informasi tentang TB kepada seluruh lapisan masyarakat, pengambil kebijakan, maupun media massa maupun masyarakat secara umum tentang bagaimana ancaman TB terhadap kelangsungan hidup kita. Sedangkan makna

Sejarah mencatat bahwa tanggal 24 Maret 1882 adalah awal mula ditemukannya bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang merupakan basil penyebab penyakit TB. Kemudian setelah itu setiap tahunnya pada tanggal 24 Maret diperingati untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang epidemi global TB dan upaya untuk memberantas dan mengendalikan penyakit TB.

Indonesia termasuk penyumbang kasus TB terbesar di dunia, masuk peringkat 10 besar. Dengan jumlah penemuan kasus baru mencapai 690.000 per tahun dan kematian kurang lebih 91.000 per tahun. Di Kabupaten Tegal diperkirakan setiap tahunnya terdapat 1.500 kasus TB menular, dan dari data tahun 2011 tercatat kasus TB yang ditemukan dan diobati sebanyak 1.130 (75%). Dari data tersebut menunjukkan kasus TB  banyak terjadi di masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya yang serius dari pemerintah dari penemuan kasus, pengobatan sampai sembuh dan pemutusan rantai penularan TB.

Masyarakat pada umumnya lebih mengenal penyakit Tuberculosis dengan sebutan TBC, namun sekarang penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan TB (baca : tibi). Penyakit ini bersifat menular dan menyerang siapa saja baik pria, wanita, orang dewasa, anak-anak, masyarakat kaya maupun miskin. Hal ini disebabkan karena penularan TB dapat melalui udara yang tercemar oleh Mycobacterium Tuberculosis yang dilepaskan/dikeluarkan oleh penderita TB saat bersin, batuk, meludah dan berbicara. Seseorang dapat terpapar TB meskipun mengirup sejumlah kecil kuman TB. Bakteri TB ini jika masuk ke dalam paru-paru dan terkumpul akan berkembang biak menjadi banyak terutama pada orang dengan daya tahan tubuh rendah. Setelah itu bakteri ini akan menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu, bakteri TB dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh manusia sperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening. Namun, organ paru-paru yang paling sering terinfeksi.

Seseorang yang terdiagnosa TB dengan status TB BTA (Basil Tahan Asam) positif dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain setiap tahun. Untuk itu meskipun orang merasa sehat dapat berkemungkinan tertular dengan bakteri TB. Bakteri TB bersifat dormant (tidak aktif) selama bertahun-tahun di dalam tubuh manusia. Namun ketika system kekebalan tubuh seseorang tersebut menurun, maka kemungkinan untuk terjadinya TB lebih besar.

Penyakit TB dapat disembuhkan jika penderita minum obat secara tepat dan teratur. Namun yang sering terjadi banyak pasien TB yang putus obat atau berhenti di tengah jalan. Hal ini dikarenakan oleh berbagai hal antara lain : psien sudah merasa sembuh dan tidak merasakan gejala TB lagi, lamanya waktu pengobatan harus 6 bulan, ketidakpatuhan dalam meminum obat, dll. Jika penderita TB terputus pengobatannya maka yang terjadi kuman TB di dalam tubuh semakin kebal terhadap obat yang digunakan.

Untuk itu bagi masyarakat yang sakit TB perlu melakukan upaya berikut :1) minumlah obat secara teratur sesuai anjuran petugas kesehatan, 2) lakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan jika obat habis, 3) libatkan anggota keluarga dalam menyiapkan dan mengawasi minum obat, 4) makanlah makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, 5) hindarilah perilaku batuk dan meludah sembarangan, 6) jika sedang berkomunikasi dengan orang lain usahakan menutup mulut dan hidung dengan sapu tangan atau tissue.

Sedangkan bagi masyarakat yang sehat agar terhindar dari penyakit TB maka perlu melakukan upaya beriktu ini : 1) segera periksa ke puskesmas terdekat jika ada gejala batuk lebih dari 3 minggu tidak sembuh-sembuh, 2) hindari orang yang batuk di sekitar kita dengan menutup mulut dan hidung, 3) jaga kesehatan tubuh dengan makanan bergizi seimbang dan olahraga teratur, 4) jaga kesehatan lingkungan, dan 5) berikan imunisasi lengkap kepada balita sesuai dengan umurnya. Salah satu imunisasi yang diberikan adalah BCG untuk mencegah penyakit TB.
   

Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Puskesmas Tajurhalang


Kamis, 16 Maret 2017

Naskah Radio : Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular (PTM)

Penulis : Niswatun Nafi’ah, SKM
Tanggal : 28 Februari 2017

Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat Siang. Halo apa kabar para pendengar setia 95.3 FM radio Teman. Semoga Allah senantiasa melimpahi kesehatan kepada kita semua.
Pada kesempatan siang ini perkenalkan saya Niswatun Nafi’ah, SKM ingin memberikan informasi kesehatan mengenai Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 35 juta kematiaan pada tahun 2005 dan 80% kematian tersebut terjadi di negara yg berpendapatan rendah dan menengah termasuk di Indonesia. WHO memperkirakan pada tahun 2020 PTM menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan.

Pada tahun 2007 Kementrian Kesehatan melakukan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) dengan hasil riset bahwa telah terjadi pergeseran penyebab kematian dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. PTM menyumbang 59,5% kematian, sedangkan untuk penyakit menular hanya sebesar 28,1%. Penyebab kematian terbesar untuk umur di atas 5 tahun adalah stroke.

Para pendengar 95.3 FM yang saya cintai, pastilah kita bertanya-tanya apa sih yang dimaksud dengan PTM itu? PTM (Penyakit Tidak Menular ) dapat diartikan dengan penyakit menahun/kronis yang diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti perilaku mengkonsumsi makanan rendah serat dan tinggi lemak, dan kurang beraktivitas fisik/berolahraga serta kebiasaan merokok.

Kondisi yg secara potensial berbahaya dan dapat memicu penyakit tidak menular pada seseorang yaitu
Merokok (aktif dan pasif) ~ Makanan tinggi kandungan karbohidrat
Kegemukan/Obesitas ~ Makanan tinggi lemak
Kurang aktivitas fisik / olahraga ~ Tekanan darah tinggi
Kurang makan sayur dan buah ~ Gula darah tinggi
Stress

Penyakit-penyakit yang termasuk Penyakit Tidak Menular  : hipertensi, penyakit Jantung, Diabetes Mellitus, penyakit Paru Obstruktif Kronik, kanker, osteoporosis, dan stroke.

Para pendengar sekalian jika kita gali lebih lanjut, ternyata banyak bahaya yang ditimbulkan dari PTM ini. Bahaya yang dapat ditimbulkan meliputi : menurunnya produktivitas, mengakibatkan kecacatan, disabilitas (ketidakmampuan beraktivitas), komplikasi berbagai penyakit, beban ekonomi keluarga, serta akibat yang fatal adalah kematian.

Ternyata betapa mengerikannya efek dari PTM ini ya? Maka dari itu penting dilakukan deteksi dini untuk mengetahui adanya PTM atau tidak di tubuh kita.
Para pendengar sekalian, deteksi dini dapat diartikan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan dengan menggunakan tes, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat untukk membedakan orang yang kelihatannya benar-benar sehat, atau tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Karena kadang seseorang yang menderita PTM itu secara klinis belum ketahuan sebelum dilakukan tes/pemeriksaan penunjang.

Kriteria Klinis Faktor Risiko PTM
Faktor Risiko
Baik
Sedang
Buruk
Gula darah puasa
< 90
90 – 109
³ 110
Gula darah 2 jam stlh puasa
< 90
90 – 179  
³  180
Gula darah sewaktu
< 90
90 – 199  
³  200
Kolesterol
< 150
150 – 199
³ 200
Trigliserid (Lemak Darah)
< 150
-
³ 150
Tekanan darah
< 130/85
130-139 /85-89
³ 140/90
Indeks massa tubuh
18,5 - 24,9       
25 – 27
> 27
Lemak perut
1 – 9
10 – 14
³ 15
Lemak tubuh laki-laki
10 – 20
20,1 – 25
> 25
Lemak tubuh perempuan
20 – 30
30,1 – 35
> 35
Rasio lingping-ping
L < 0,95
P < 0,85
-
-
L ³ 0,95
P ³ 0,85

Deteksi dini PTM dilakukan dengan cara memeriksa tekanan darah dan memeriksa kadar gula darah secara rutin/periodik, serta mengontrol berat badan seperti berikut ini :
Faktor Risiko
Orang Sehat
Penderita
Gula darah puasa
1 tahun sekali
3 bulan sekali
Gula darah 2 jam stlh puasa
1 tahun sekali
3 bulan sekali
Gula darah sewaktu
1 tahun 3 kali
1 bulan sekali
Kolesterol
1 tahun 3 kali
1 bulan sekali
Trigliserid
1 tahun 3 kali
1 bulan sekali
Tekanan darah
1 bulan sekali
1 bulan sekali
Indeks massa tubuh
1 bulan sekali
1 bulan sekali
Lemak tubuh
1 bulan sekali
1 bulan sekali
Lemak perut
1 bulan sekali
1 bulan sekali
Rasio ling-ping
1 bulan sekali
1 bulan sekali

Para pendengar yang setia, di penghujung acara ini saya ingin mengajak pendengar untuk mulai menjalani masa muda sehat dan hari tua nikmat terbebas dari PTM dengan perilaku cerdik.
Cerdik merupakan kepanjangan dari
Cek kondisi kesehatan anda secara rutin dan teratur
Enyahkan asap rokok dan polusi udara lainnya
Rajin aktifitas fisik dengan gerak olah raga
Diet sehat dengan kalori seimbang
Istirahat yang cukup
Kelola stres dg meningkatkan iman dan takwa

Demikianlah penjelasan dari saya tentang Deteksi Dini PTM. Semoga apa yang sudah saya sampaikan bermanfaat bagi para pendengar setia Radio Teman. Akhir kata Wabillahit taufiq wal hidayah.Wassalamualaikum Wr.Wb

Pembinaan Pos UKK Jolie Jaya Snack Desa Tonjong

Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja) merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di sektor pekerja informal pada upaya promotif dan preve...