Sabtu, 27 Oktober 2018

Waspada, Filariasis Ditularkan oleh Semua Jenis Nyamuk


Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Tidak seperti DBD dan malaria yang hanya ditularkan melalui satu jenis nyamuk, penyakit kaki gajah dapat ditularkan melalui semua jenis nyamuk. Cacing Filaria tersebut mulanya bisa dari kera atau kucing, kemudian ditularkan melalui gigitan nyamuk ke manusia.

Seseorang dapat terkena penyakit kaki gajah jika digigit oleh nyamuk yang membawa larva cacing filarial. Di dalam tubuh manusia larva infektif tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan dapat menghasilkan jutaan anak cacing atau mikrofilaria. Cacing dewasa itu akan hidup di saluran dan kelenjar getah bening sehingga dapat menyebabkan penyumbatan hingga akhirnya menjadi cacat menetap. Gejala awal berupa demam berulang kurang lebih 1 sampai 2 kali setiap bulan bila bekerja berat, namun dapat sembuh tanpa diobati. Timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa ada luka.

Pada tahun 2000, WHO memperkirakan terdapat sekitar 120 juta orang di dunia yang menderita filariasis limfatik. Sepertiga di antaranya mengidap infeksi yang parah hingga mengubah bentuk dari bagian tubuh yang terjangkiti. Parasit yang bisa menyebabkan jenis filariasis ini meliputi Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. W. bancrofti merupakan parasit yang paling sering menyerang manusia. Diperkirakan 9 dari 10 penderita filariasis limfatik disebabkan oleh parasit ini. Sementara sisanya biasanya disebabkan oleh B. malayi.

Parasit filaria masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Parasit tersebut akan tumbuh dewasa berbentuk cacing, bertahan hidup selama 6 hingga 8 tahun, dan terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia.
Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Pembengkakan tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat permanen.

Gejala lainnya ada pembesaran yang hilang timbul pada kaki, tangan, atau payudara. Itulah yang lema kelamaan pembesaran tersebut menjadi cacat menetap. Penyakit ini penting untuk dieliminasi karena kecacatan yang ditimbulkannya dapat menyebabkan penderita tidak produktif sehingga menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Hingga saat ini hanya ada 6 provinsi yang bukan daerah endemis filariasis di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, dan NTB. Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, sebanyak 236 kabupaten/kota yang tersebar di 28 provinsi masih merupakan daerah endemis filariasis.

Sampai dengan 2018, dilaporkan 12.677 kasus klinis kronis yang tersebar di 34 provinsi. Perkembangan jumlah kasus kronis penyakit kaki gajah yang baru sudah jarang ditemui, karena kegiatan pencegahan melalui Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM) terlaksana dengan baik.

Untuk mengatasi masalah filariasis, Kemenkes telah mengeluarkan Permenkes nomor 94 tahu 2014 tentang penanggulangan filariasis. Strateginya dilakukan dengan POPM untuk memutus mata rantai penularan filariasis. POPM diberikan sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut. Jenis obat yang dipakai adalah Diethylcarbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah dengan kawat kassa, menggunakan obat nyamuk semprot/bakar untuk mengusir nyamuk, dan menggunakan alat pelindung diri atau obat oles anti nyamuk. Masyarakat penting juga menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), menjaga kebersihan lingkungan, menghilangkan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan, atau mengalirkan air yang tergenang, dan minum obat pencegahan filariasis secara teratur.

Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang

Sabtu, 29 September 2018

Faktor Risiko dan Deteksi Dini Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah


Penyakit jantung masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Pada wanita, penyakit degeneratif ini tercatat membunuh satu dari empat wanita. Artinya, penyakit jantung tiga kali lebih mematikan daripada kanker payudara. Walaupun termasuk ke dalam penyakit degeneratif, penyakit ini juga berisiko timbul pada usia yang relatif muda. Oleh karena itu, jangan pernah anggap sepele penyakit ini. Kenali beberapa penyebab utama dari permasalahan jantung untuk mengetahui bagaimana cara mencegahnya.

Penyakit jantung dan pembuluh darah (Kardiovaskuler) adalah  penyakit yang menyangkut jantung itu sendiri dan pembuluh-pembuluh darah. Dalam manajemen maupun pembahasan istilah kardio (jantung) dan vaskuler (pembuluh darah) sulit dipisahkan karena satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Prioritas nasional pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia adalah : Hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke.

Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (FR-PJPD)
Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meliputi faktor risiko yang tidak  dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak  dapat dimodifikasi meliputi riwayat penyakit keluarga, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi atau dapat dikontrol, seperti : hipertensi, merokok, diabetes mellitus, dislipidemia (metabolism lemak yang abnormal), obesitas umum dan obesitas sentral, kurang aktivitas fisik, pola makan, konsumsi minuman beralkohol dan stress.

Deteksi dini penyakit jantung dan pembuluh darah
Deteksi dini bertujuan untuk mendeteksi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada masyarakat sedini mungkin, terselenggaranya penanganan dan kontrol faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada masyarakat sesegera mungkin, menurunnya prevalensi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, serta menurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian penyakit jantung dan pembuluh darah.

Jenis Kegiatan deteksi dini  FR-PJPD
Deteksi dini FR-PJPD meliputi deteksi dini aktif dan deteksi dini pasif. Deteksi dini aktif dilaksanakan di kelompok masyarakat khusus seperti pegawai negeri, karyawan swasta, pekerja pabrik, peserta pertemuan, seminar, workshop dll. Dilaksanakan diluar fasilitas kesehatan, puskesmas, klinik swasta dll. Sedangkan deteksi dini pasif, seperti menunggu kunjungan di fasilitas pelayanan kesehatan, puskesmas atau klinik swasta (bila memungkinkan dapat juga dilakukan di poliklinik/pos kesehatan UPT, dinas kesehatan provinsi dan kabupaten kota).

Kegiatan deteksi dini
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dini PJPD yaitu dengan pemeriksaan (wawancara dan pengukuran), lakukan wawancara dan pengukuran Bebat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar Perut (LB) dan Tekanan darah (TD) pada pengunjung usia ≥18 tahun, kemudian lanjutkan dengan pemeriksaan lipid darah dan gula darah pada 100 pengunjung dengan skor faktor risiko tinggi dari seluruh pengunjung yang diwawancarai diukur dalam setahun.

Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang



Jumat, 31 Agustus 2018

Agustus, Bulan Penimbangan Balita

Upaya memantau kesehatan pada anak secara dini perlu dilakukan orang tua yang memiliki bayi dan balita. Pemantauan tersebut dapat dilakukan melalui pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang diselenggarakan oleh masyarakat desa dengan difasilitasi oleh tenaga kesehatan terlatih seperti bidan desa.  
  
Orang tua sebaiknya rutin mengajak balitanya untuk datang ke Posyandu, karena akan banyak manfaat yang dirasakan untuk mengetahui kesehatan anaknya. Manfaat yang didapat apabila rutin berkunjung ke Posyandu diantaranya balita akan mendapatkan kapsul vitamin A warna biru untuk usia 6 sampai 11 bulan dan kapsul warna merah untuk usia 12 sampai 59 bulan setiap bulan Februari dan Agustus. Rutin ke posyandu juga mempunyai manfaat lain, antara lain bayi/balita mendapatkan makanan tambahan bergizi usai melakukan penimbangan, balita akan mendapat imunisasi dasar dengan lengkap, dan ibu mendapatkan pengetahuan lebih tentang gizi dan kesehatan.

Salah satu kegiatan di posyandu adalah dengan melakukan penimbangan bayi dan balita. Penimbangan bayi/balita idealnya dilakukan Penimbangan bayi dan balita merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balitanya. Partisipasi masyarakat dalam penimbangan tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya yang ada di wilayah tersebut (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan bayi dan balita, maka semakin banyak pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita.

Tujuan penimbangan secara rutin setiap bulan di Posyandu atau sarana kesehatan lain adalah untuk mengetahui apakah bayi/balita tumbuh sehat, untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita, untuk mengetahui balita sakit, kelengkapan imunisasi dan untuk mendapat penyuluhan gizi. Ada 2 (dua) kategori hasil penimbangan yaitu sebagai berikut :
1.Balita Yang Naik Berat Badannya
Persentase balita yang naik timbangannya dibandingkan dengan jumlah balita yang ditimbang dapat menggambarkan keberhasilan dalam memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat di desanya, sehingga orang tua dapat memberikan makanan yang cukup gizi kepada anaknya.

Anak sehat bertambah umur akan bertambah berat badannya dan persentase balita yang naik timbangannya dapat menggambarkan tingkat kesehatan balita di wilayah kerja. Beberapa hal yang mungkin mempengaruhi tingkat pencapaian balita yang naik timbangannya antara lain pengetahuan keluarga tentang kebutuhan gizi balita, penyuluhan gizi masyarakat dan ketersediaan pangan di tingkat keluarga.

2. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
BGM  adalah merupakan hasil penimbangan dimana berat badan balita berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Tidak semua BGM dapat menggambarkan gizi buruk pada balita, hal ini masih harus dilihat tinggi badannya, jika tinggi badan sesuai umur maka keadaan ini merupakan titik waspada bagi orang tua untuk tidak terlanjur menjadi lebih buruk lagi, namun jika balita ternyata pendek maka belum tentu anak tersebut berstatus gizi buruk.

Target yang harus dicapai secara nasional untuk BGM adalah 5% atau lebih rendah. Jika dilihat kaitan antara data partisipasi masyarakat dengan balita yang naik timbangannya,  maka dapat dilihat bahwa di kabupaten/kota dengan pencapaian partisipasi masyarakat yang tinggi diikuti dengan tingginya tingkat balita yang naik berat badannya.

Sumberdaya dan sarana pendukung BPB yang sudah disiapkan di wilayah adalah posyandu, kader kesehatan, tenaga kesehatan, timbangan dacin, timbangan bayi, timbangan injak, microtoa, panjang badan, iodina test dan spanduk sebagai pemberi informasi kepada masyarakat. Metode pengukuran penimbangan balita ada 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
BB/U merupakan penilaian status gizi berdasarkan pengukuran BB dibandingkan umur, menggambarkan keadaan saat ini yang berhubungan dengan masa lalunya, dan bila ada balita dengan status ''gizi buruk'' ini kasus kronis.

2. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
BB/TB merupakan penilaian status gizi berdasarkan pengukuran BB dibandingkan TB, status ini menggambarkan kondisi anak saat ini, dan bila ada balita dengan status ''sangat kurus'' maka ini akut harus segera diintervensi.

3.Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
TB/U merupakan status gizi berdasarkan pengukuran TB dibandingkan dengan umur, pada pengukuran ini kita akan mendapatkan status ''pendek/stunting'' yang merupakan kasus kronis. Namun bila balita kurang dari 2 tahun, hal ini masih dapat diperbaiki dengan intervensi yang baik.

Berkaitan dengan bulan penimbangan balita (BPB) yang rutin dilaksanakan setiap bulan Agustus merupakan kegiatan penimbangan untuk mendapatkan data gambaran status gizi balita 100% secara berkala (1 tahun sekali), dan penimbangan balita tersebut biasanya berbarengan dengan pemberian kapsul Vitamin A dan monitoring garam beryodium.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi tingkat pencapaian partisipasi masyarakat dalam penimbangan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gizi, faktor ekonomi dan sosial budaya serta sumber informasi.

Yuk...Kita timbang Balita ke Posyandu
agar balita tetap terpantau tumbuh kembangnya.

Oleh : Niswatun Nafi’ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda Puskesmas Tajurhalang

Pembinaan Pos UKK Jolie Jaya Snack Desa Tonjong

Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja) merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di sektor pekerja informal pada upaya promotif dan preve...